Featured Post

mengenal evaluasi pembelajaran dan ANBK pengganti UNBK

halo pembaca, selamat datang di blog ini 👋   Di masa kini sering kali evaluasi disamakan dengan ujian dan penilaian. Ujian pada kenyata...

Tuesday, September 21, 2021

Hikmah Al-Quran Diturunkan Secara Bertahap

Berikut ini adalah sedikit penjelasan tentang: Kenapa Al Qur'an tidak turun sekaligus tetapi secara bertahap.

QS 25 Al Furqon ayat 32
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
وَقَا لَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا لَوْلَا نُزِّلَ عَلَيْهِ الْـقُرْاٰ نُ جُمْلَةً وَّا حِدَةً ۛ كَذٰلِكَ ۛ لِنُثَبِّتَ بِهٖ فُـؤَادَكَ وَرَتَّلْنٰهُ تَرْتِيْلًا

32. Berkatalah orang-orang yang kafir: "Mengapa Al-Quran itu tidak diturunkan kepadanya sekali turun saja?"; demikianlah[1066] supaya kami perkuat hatimu dengannya dan kami membacanya secara tartil (teratur dan benar).
[1066] Maksudnya: Al-Qur'an itu tidak diturunkan sekaligus, tetapi diturunkan secara berangsur-angsur agar dengan cara demikian hati nabi Muhammad s.a.w menjadi Kuat dan tetap.

Dahulu orang-orang kafir sering menanyakan banyak hal kepada Rasulullah, tidak lain untuk merendahkan beliau. Mereka berharap bahwa Rasulullah tidak mampu menjawab apa yang menjadi pertanyaan mereka. Sampai menyangsikan Al-Qur'an yang tidak turun sekaligus dalam satu waktu. ‘Mengapa Al-Qur'an tidak diturunkan sekaligus saja, kalau engkau memang benar-benar Rasulullah?’. Dari sini kemudian Allah membantah mereka melalui firman-Nya, QS. Al-Furqan[25]: 32, bahwa Al-Qur'an tidak turun sekaligus tidak lain untuk meneguhkan hati Nabi Muhammad SAW.
Dan QS Al Furqon 32 ini dijelaskan oleh ayat berikut ini. QS 75. Al Qiyamah ayat 16-19:
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman:
لَا تُحَرِّكْ بِهٖ لِسَا نَكَ لِتَعْجَلَ بِهٖ
16. Janganlah kamu gerakkan lidahmu untuk (membaca) Al Quran Karena hendak cepat-cepat (menguasai)nya[1532].
اِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهٗ وَقُرْاٰ نَهٗ
17. Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya.
فَاِ ذَا قَرَأْنٰهُ فَا تَّبِعْ قُرْاٰ نَهٗ
18. Apabila Kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu.
ثُمَّ اِنَّ عَلَيْنَا بَيَا نَهٗ
19. Kemudian, Sesungguhnya atas tanggungan Kamilah penjelasannya.
[1532] Maksudnya: Nabi Muhammad s.a.w. dilarang oleh Allah menirukan bacaan Jibril a.s. kalimat demi kalimat, sebelum Jibril a.s. selesai membacakannya, agar dapat nabi Muhammad s.a.w. menghafal dan memahami betul-betul ayat yang diturunkan itu.
Dalam ayat ini Allah melarang Nabi Muhammad SAW untuk menggerakkan lidah agar cepat-cepat menguasai Al-Quran. Hal ini karena semangat yang luar biasa yang ada pada Beliau Nabi sehingga Beliau ingin cepat-cepat memahami, menghafal dan menguasai ayat-ayat Al-Qur’an yang disampaikan oleh Malaikat Jibril Alaihissalam.
Dari ayat ini kita dapat mengambil pelajaran bahwa Al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus menunjukkan bahwa proses tarbiyah iman itu berjalan tahap demi tahap tidak dapat diwujudkan sekaligus dalam satu waktu meski pun dengan izin Allah SWT hal itu dapat diwujudkan tetapi sunatullahnya memang Allah SWT menghendaki seperti itu.
Para sahabat Nabi SAW belajar iman tiga belas tahun di Makkah dan 10 tahun di kota Madinah. Ketika Sahabat Nabi SAW belajar iman ayat yang turun tidak tiap hari tetapi kadang ada ayat yang setelah tiga bulan baru turun. Ketika sahabat Nabi SAW mendapatkan ayat akan dipelajari 10 ayat kemudian diulang-ulang sampai hafal, memahami makna kandungan dan mampu mengamalkannya.
Dari Abi Abdurrahman As-Sulami, ia berkata, “Para pembaca Al-Qur'an –semisal Utsman bin Affan, Abdullah bin Mas’ud, dll- bercerita kepada kami bahwa mereka belajar dari Rasulullah ﷺ 10 ayat. Mereka tidak menambahnya sampai memahami makna kandungannya dan mengamalkannya. Mereka berkata, ‘Kami mempelajari Al-Qur'an; memahaminya, sekaligus mempraktikkannya’ dan perlu dipahami bahwa untuk dapat menghafal, memahami dan mengamalkan ayat Al-Qur’an dalam kehidupan kita diperlukan perjuangan seumur hidup tidak bisa didapatkan dalam satu tempo.
Untuk itulah perlunya istiqomah belajar agama dan mendakwahkan agama agar ayat-ayat Al-Qur’an bisa ter-internalisir dan jadi hakekat dalam hati dan kehidupan kita. Semoga Allah SWT selalu memberi Hidayah dan Taufiq untuk bisa mengamalkan perintah-Nya dan Sunnah Nabi-Nya. Aamiin. — bersama Faizal Risdianto.

No comments:

Post a Comment